topbella

Sabtu, 21 November 2015

LPDP - Interview, Leaderless Group Discussion & Essay on the Spot - Will I Make It?

Dear world, 

Hmm... 
Saya  baru sadar, ternyata saya punya janji yang belum terbayar untuk teman-teman yang pengen tau tentang beasiswa LPDP. 

Anyway, sebelumnya saya telah membahas di post sebelumnya mengenai bagaimana saya apply beasiswa tersebut. So, sekarang saya pengen share pengalaman interview, leaderless group discussion (LGD) dan essay on the spot. 

Setelah mendapatkan email yang berisi jadwal interview, LGD dan essay, akhirnya saya berangkat ke Jogja untuk mengikuti 3 tes tersebut. Saya berangkat 2 hari sebelum tes tersebut, tepatnya ditanggal 16 November 2015. Saya memilih berangkat dua hari sebelum jadwal tes wawancara karena saya ingin "settle down" ciee, seperti pindah negara aja, LOL. Anyway, dibandara saya dijemput mbak Nining dan diantar ke hotel Zodiak deket Malioboro. Sehari sebelum jadwal wawancara, saya dan dia mencoba mencari alamat tempat tes nanti, ide untuk pencarian ini datang dari dia, katanya untuk persiapan agar memudahkan saya pas hari H. Kita mencari tempat tersebut sebanyak dua kali pencarian, first, dengan mobil mbak Nining, and the second dengan motorbike yang dipinjamkan mbak Nining ke saya. And yeah he was right, pada hari H, saya tidak perlu kebingungan mencari alamat tempat LPDP melaksanakan tes tersebut. So, sedikit tip untuk untuk teman-teman, jika kalian punya jadwal ujian or wawancara, make sure kalian mengecek tempat ujian atau tempat wawancara tersebut sehari sebelum ujian, trust me, hal ini akan memudahkan kalian agar nantinya gak bakalan telat. 

Jadwal wawancara, LGD & Essay on the Spot saya dijadwalkan pada jam 10 pagi , tapi sesuai dengan info yang berhasil saya kumpulkan (ceileh seperti reporter aja) akan lebih baik jika kita berada ditempat ujian 2 jam sebelum jadwal yang ditentukan. Itulah alasan kenapa saya muncul pada jam 8 pagi. And kagetnya, ternyata telah banyak perserta yang hadir. 

Sebelum memasuki ruangan yang disediakan untuk semua peserta tes, saya melakukan absensi di meja panitia. Absensi tersebut menggunakan barcode yang kita dapatkan setelah melakukan pendaftaran online di website LPDP. Banyak peserta wawancara yang sedang menunggu giliran mereka dipanggil. Setelah melakukan scan barcode, saya menunggu giliran nama saya dipanggil.   Didepan ada 4 meja yang disediakan untuk tim verifikasi dokumen. Setelah menunggu hampir satu jam, giliran saya tiba, saya maju kedepan dan menyerahkan semua dokumen-dokumen yang saya gunakan pada saat pendaftaran online. Semua berkas-berkas saya diperiksa dengan teliti, termasuk sertifikat ITP saya (well, saya baca dari beberapa blog, ada kasus pemalsuan sertifikat bahasa inggris dari beberapa peserta wawancara dan mereka dipulangkan dan di blacklist, tapi saya nggak yakin itu seleksi di tahun berapa). Saya ditanya jika sudah memiliki Letter of Acceptance (LOA) atau belum, disaat pertanyaan ini muncul, saya hanya tersenyum dan menjawab kalau sampai dengan saat ini saya belum mencoba apply ke kampus-kampus. Ibu tersebut tersenyum dan menyerahkan dokumen saya kembali. Oh iya, saya lupa kalau pada saat itu ada beberap dokumen yang diambil oleh ibu tersebut, but I am not sure dokumen apa itu, well this story was one year ago and I do not have a good memory, so I kinda forget it hehe . .

Setelah melakukan verifikasi dokumen, saya kembali duduk menunggu giliran saya untuk dipanggil, dan setelah menunggu tigapuluh menitan, nama saya dan nama kelompok saya dipanggil. Pada saat itu, saya tidak mengetahui siapa-siapa saja yang akan berada di kelompok saya, Kami dipanggil untuk menuju satu ruangan yang telah disiapkan untuk sesi pertama; Essay on the Spot.

Sebelum memasuki ruangan untuk test Essay on the Spot, kami diminta berbaris dan panitia melakukan pengecekan pada setiap peserta yang ada. Setelah pengecekan, kami diminta masuk ke ruang ujian (feel like in Senior High School). Setiap peserta dibagikan selembar kertas untuk menjawab dan selembar kertas untuk soal essay on the spot . Pada lembaran soal tersebut, kita diberikan 2 pilihan masalah yang sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan masyarakat, sebagai peserta ujian, kita diberikan kesempatan untuk memilih satu dan dua masalah yang ada dalam soal tersebut. Sebagai gambaran, soal tersebut seperti ini ;

1. " Banyaknya korupsi di Indonesia, membuat Indonesia menjadi negara para koruptor, jika anda  diberikan kesempatan untuk memilih ganjaran yang layak diberikan pada para koruptor, ganjaran apa yang akan anda berikan dan kenapa anda harus memberikan ganjaran tersebut? Apa yang perlu dilakukan negara ini untuk merubah tingkat korupsi di Indonesia?

2. " Presiden merupakan orang penting pertama di Indonesia, oleh karena itu presiden dan keluarganya membutuhkan perlindungan semaksimal mungkin baik perlindungan fisik maupun perlindungan dari masyarakat yang seringkali mengedarkan isu-isu tidak baik melalui internet. Menurut anda, apa yang perlu dilakukan dalam mengatasi masalah ini?"


Again, maafkan bahasa saya yang kurang baik, I am just not sure how to write it well (LOL) at least, gambaran pertanyaan Essay on the Spot seperti itu, so please again, untuk kalian yang mau apply, make sure kalian selalu update dengan berita-berita yang sedang dibicarakan di berbagai media. Biar nantinya kalian gak akan blank pada saat mau memberikan jawaban.

So, dibagian ini, saya memilih untuk menjawab pertanyaan nomor 1, haha.. alhamdulillah, saya dimudahkan dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Menurut saya, ganjaran yang wajib diberikan kepada para koruptor adalah hukum mati. Dengan menerapkan hukuman ini, banyak orang yang akan berpikir untuk melakukan korupsi. Jika negara ini hanya memberikan hukuman 5 atau 6 tahun penjara, hal tersebut tidak akan membuat mereka jera. Negara ini masih memiliki orang-orang jujur, tempatkan orang-orang jujur tersebut untuk memimpin dan berikan mereka kesempatan meskipun mereka tidak memiliki uang untuk duduk di kursi-kursi mahal tersebut. Banyaknya koruptor dikarenakan pada saat mereka meraih kursi yang mereka duduki tersebut, banyak uang yang mereka keluarkan untuk membayar suara masyarakat dengan harapan uang yang mereka keluarkan akan tergantikan setelah mereka menduduki posisi tertentu. Untuk mengurangi korupsi di negara ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mulai mendidik masyarakat untuk jujur dan semuanya dapat dimulai dari pendidikan.

Setelah tahap essay on the spot, saya melanjutkan ke tahap Leaderless Group Discussion dimana ada 10 orang pelamar beasiswa LPDP. Kami diberikan satu topic dan diminta untuk mendiskusikan topik tersebut tanpa pemimpin diskusi. Satu orang diminta menjadi notulen yang akan membacakan hasil diskusi pada akhir leaderless group discussion tersebut. Diskusi berjalan kurang lebih 30 menit.
Alhamdulillah di sesi ini, semuanya berjalan lancar, dari sepuluh anggota diskusi, tidak ada seorangpun yang mendominasi diskusi.

Sesuai dengan jadwal yang saya terima, jadwal wawancara saya akan dilaksanakan tepat pukul 4.30 PM. Akhirnya saya memutuskan untuk makan siang dengan "dia" di tempat yang jaraknya lumayan jauh dari tempat wawancara (since we chose to eat ikan bakar, LOL).

Kita makan di rumah makan yang menurut kita "cukup" untuk mengisi perut yang keroncongan. Saya sibuk bercerita tentang pengalaman essay on the spot dan leaderless group discussion ke dia karena dianya penasaran. Satu hal yang tidak akan pernah saya lupa ketika dia bilang "I am sure you will get the scholarship". Itu satu-satunya motivasi yang membuat saya yakin kalau saya akan mendapatkan beasiswa ini. Setelah menghabiskan, jus alpokat, kita kembali ke tempat wawancara.

Saya menunggu wawancara dengan kandidat yang sebelumnya sekelompok di group LGD. Satu jam setelah menunggu, akhirnya nama saya dipanggil. I was nervous but also excited at the same time.

Saya menuju ke ruang wawancara. Ada 9 meja yang tersedia. Disetiap meja ada 2 sampai 3 orang interviewer yang kalau saya tidak salah merupakan dosen dari universitas-universitas besar di Indonesia.

Saya menuju meja nomor 6 dan mulai duduk setelah dipersilahkan duduk oleh tim interviewer. Saya diminta memperkenalkan nama dan asal. I felt like it was a job interview. Mereka bertanya tentang pekerjaan saya dan jurusan yang akan saya ambil jika mendapatkan beasiswa LPDP. Saya memberikan jawaban apa adanya dan sesuai dengan yang telah saya tuliskan di essay pada saat melamar beasiswa LPDP. Mereka juga menanyakan kontribusi apa yang akan saya berikan untuk negara ini.

The most unforgetable moment yang saya alami pada saat wawancara tersebut adalah ketika tim pewawancara menanyakan tentang keluarga saya. I explained that I am from a small island in Central Sulawesi, Pasokan. My mom is a former teacher and my father is a farmer. I have one brother and one sister. I love my family more than anything and I would sacrifice anything just to make them happy especially my mom. She has inspired me since I was in Junior High School and until now. She only had salary arround Rp. 2,000,000 (two millions rupiahs) as a teacher, yet, she did not give up in giving us better education. With salary like that, she encouraged us to keep studying. I cried when I talked about how my mom paid for three of her children`s education (My brother and I were taking bachelor degree at the same time, and my sister studying at Nursery school) Can you believe how difficult it was with two millions salary?. My mom even never spent her money to buy clothes or even daster. Semua gaji yang diterima ibu saya, akan dibagi menjadi empat: untuk saya, untuk kakak saya, untuk adiksaya dan untuk biaya hidup ibu dan bapak saya sehari-hari. And YES, we finished our study, the three of us become Sarjana. Yet, my mom never borrow money from bank like other people who are PNS. It made me proud and sad at the same time. I was proud because we finished our study with a degree, and I was sad because my mom never spend any of her money to buy food or clothes she likes, the only thing she cares about is us, her children, and I want one day, to be able to pay it back. I want to buy anything that she wants, or just be able to give something that will make her happy. I want her to think about herself and my father instead of just thinking about us. and I believe, I would be able to make it happen sooner. The interviewers were speechless when they heard my story which was more details than what I wrote here. I cried while telling my story, and so did the woman who interviewed me. They gave me tissue and thanked me for sharing my story before I left them. The interview took me about 20-25 minutes I think. But it was amazing experience for me. I am not sure if I will make it or not, but at least I smiled when I left the room.

So for those of you who are going to have an interview, please make sure that you have stories worth to share or you can talk about people who inspire you in your life.

After the interview, I went back to the hotel where I stayed, Zodiak hotel.

On the next day, I went to Borobudur and enjoy  my time in Jogja. I did not want to get stress or think about my previous LPDP LGD or interview, I only wanted to have fun for the next two days.

And YES! I fell in love with Jogja and I promised to myself that I would come back.

That`s how my LPDP experience (Essay on the spot, LGD and interview) went.

Untuk kalian yang akan berjuang di tahap ini, please make sure that you are ready. Check your ticket, the hotel where you stay, how long it takes to get to your interview , read and watch news and make sure that you get enough rest before the interview.

Good luck ya untuk kalian . . .

I will share my story about this scholarship whether I make it or not.

Love,
Nur

0 comments:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Nurdahlia
Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
I like travelling, reading novels and watching movies.
Lihat profil lengkapku