topbella

Kamis, 21 Juni 2012

Our Founding Father: Bung Karno




Today is the day when our Founding Father, Bung Karno passed away. He passed away tragically. Here is the story how he passed away. 

Berbeda dg Syahrir, lawan politiknya yg diijinkan berobat ke LN. Soekarno tdk boleh mendapat perawatan semestinya. Sebelumnya di pengasingan di Istana Batu Tulis, malah Dokter hewan yg dipanggil utk merawat. Lalu di Jakarta tdk boleh cuci darah. Dokter Mahar Marjono, meminta alat cuci darah utk ginjalnya Soekarno. Alat tinggal diimpor, hanya penguasa orde baru menolak. Akibat tidak bisa cuci darah. Wajah & tubuh Soekarno semakin bengkak2. Karena racun ngumpul dlm tubuhnya. Memang penguasa orde baru ingin membunuh beliau perlahan lahan. Bahkan ketika Soekarno mau cabut gigi. Militer memanggil dr Oei Hong Kian. Oleh tentara yg jaga Soekarno. dr. Ong diberi peralatan cabut gigi peninggalan jaman Jepang. Tentu saja dr. Ong menolak memakai alat tersebut.


 6 Juni 1970. Tepat ulang tahunnya Bung Karno. Rahmawati sudah melihat ayahnya yg bersuara tidak jelas dan tubuhnya bengkak bengkak. Rahmawati memotret Soekarno yg bengkak2 ini, lalu fotonya tersebar luas di media. Akhirnya Rahma diinterograsi militer.



Beberapa hari setelah ultah, Bung Karno dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Kesehatannya semakin memburuk. Dewi dan anaknya Karina sudah menunggu di Spore.Menunggu clearance masuk dari penguasa orba utk masuk Jakarta.  Gub Jakarta saat itu melobi Jend Soemitro untuk mengijinkan Dewi masuk utk menengok Soekarno. Ketika Dewi datang. Ia membawa Karina. " ini ayahmu ". Soekarno tangannya bergerak gerak. Habis itu diam lagi. Hatta bisa datang menembus karantina, datang menjenguk sahabatnya ini. Soekarno yang tertidur dalam sprei lusuh terbangun. Hatta melirik ke buah pisang yang dipenuhi ngengat karena sudah lama tak diganti. Mereka berdua berpegangan tangan. 

Menurut Meutia Hatta, keduanya tidak bercakap cakap, hanya berpandangan, & Hatta memijit tangan Soekarno. Air mata Hatta menetes . Namun. Ada yg bilang, Soekarno hanya mengucapkan sepatah kata. " Hatta..Kamu disini ? " Habis itu terdiam. Hatta menangis. Ketika Hatta pamit pulang, Soekarno meneteskan air matanya. Ia menangis karena tahu bahwa ini adalah pertemuan mereka terakhir. Sesekali Hatta menoleh kebelakang dan melihat dokter dokter tentara yang tidak peduli. Hatta merasa asing dgn negeri ini.

 21 Juni 1970, pada pukul 04.30 WIB, pihak RSPAD menghubungi Rachma dan saudara2nya. Diminta segera ke RSPAD menemui Bung Karno. Nafas BK tersenggal senggal, dia sudah hampir tak sadarkan diri subuh itu. Soeharto dibangunkan utk diberi tahu berita ini. 07.00 WIB, Rachma dan saudara2 nya dipersilakan memasuki ruang Bung Karno. Alat bantu pernafasan dan jarum infus telah dilepas. Bung Karno tergolek lemah. Matanya tertutup rapat, nafasnya satu-satu. Tak lama, malaikat maut menjemput sang proklamator itu. 

Rahma mengenang, Ada satu periode kami tak bisa membesuk bapak. Bahkan seminggu dijatah hanya 3 kali. Setelah BK dinyatakan meninggal. Anak2 Bung Karno dipersilahkan kembali ke rumah. Jenasah akan diputuskan penguasa miiter dibawa kemana. Fatmawati bersikeras jenasah BK dibawa ke rumahnya di Jalan Sriwijaya. " Ini rumah dia, bawa dia kesini " Tapi militer menolak. Jenazah Bung Karno dibawa ke Wisma Yaso  ( skrg Musuem Satria Mandala ). 

Saat itu belum banyak yang datang, termasuk keluarga Bung Karno sendiri. Bung Karno meninggal mengenakan sarung lurik warna merah serta baju hem coklat. Wajahnya bengkak dan rambutnya sudah botak. Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan penuh dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya di Wisma Yaso. Yang ada hanya termos dengan gelas kotor, serta buah yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti nyamuk. Kamarnya luas & jendelanya blong tidak ada gordennya. Dari dalam terlihat halaman belakang yg ditumbuhi alang2 setinggi dada. Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet di lantai di ruang tengah. Masih sedikit yg hadir. Kemudian beberapa orang disana sungkem kepada jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra datang, dan juga orang orang lain. 

Dalam catatan Kolonel Saelan,“ Bung Karno diinterogasi dengan cara yang amat kasar, dengan memukul mukul meja dan memaksakan jawaban. Selain itu Dr Kartono Mohamad, : Bung Karno hanya diberi vitamin B, B12 dan duvadillan, padahal penyakitnya Ginjal. Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak dimakamkan jenasah proklamator. Walau Bung Karno ingin kelak dimakamkan di Istana BatuTulis . Pihak militer tak mau ambil resiko makam Soekarno berdekatan dg ibu kota. Maka dipilih Blitar, kota kelahirannya sbg peristirahatan terakhir. Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman ini. Jenasah Bung Karno secara resmi disemayamkan di Wisma Yaso. Jutaan rakyat bagai semut berkumpul memadati jalanan. Jenasah BK dibawa menuju Halim utk diterbangkan dengan Hercules ke Madiun. Jend M Panggabean akan jadi Inspektur upacara. Edhie Sunarso seorang pematung yg sedang mengerjakan Tugu Dirgantara Pancoran, melihat dari atas patung, iring iringan jenasah. Ia langsung turun dan ikut rombongan menuju Blitar. Ia mengenang, ketika sakitpun BK menjual mobil pribadinya utk biaya patung. 

See, that's how our government treated him . . . what a sad story . . . 

Semoga kita semua akan menjadi penerus bangsa yang bisa meneruskan cita-cita dan pengorbanan Bung Karno . . Amin . . 


Note : This story was taken from Pak Iman Brotoseno's twitter account @imanbr

0 comments:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Nurdahlia
Gorontalo, Gorontalo, Indonesia
I like travelling, reading novels and watching movies.
Lihat profil lengkapku